Puisi Negeriku Karya Kh Mustofa Bisri Kt Puisi - Buku-Buku Puisi Ohoi kumpulan puisi-puisi balsem kumpulan puisi, 1988; Rubaiyat Angin dan Rumput kumpulan puisi kumpulan puisi, 1994; Wekwekwek sajak-sajak bumilangit kumpulan puisi, 1996; Album Sajak-Sajak A. Mustofa Bisri 2008; buku ini kategorikan langka karena statusnya tidak diperjualbelikan dan hanya bisa ditemukan di beberapa..puisi negeriku karya kh mustofa bisri kt puisi, riset, puisi, negeriku, karya, kh, mustofa, bisri, kt, puisi LIST OF CONTENT Opening Something Relevant Conclusion Sumber Pahlawan dan Tikus 1995 Puisi Negeriku Karya Mustofa Bisri Gus Mus Dr. Ahmad Mustofa Bisri sering disapa Gus Mus lahir pada anggal 10 Agustus 1944 di Rembang. Ia adalah seorang penyair yang cukup produktif yang sudah menerbitkan banyak buku. Selain menulis puisi, Gus Mus juga menulis cerpen dan esai-esai keagamaan. Oleh KH A Mustofa Bisrimana ada negeri sesubur negeriku?sawahnya tak hanya menumbuhkan padi, tebu, dan jagungtapi juga pabrik, tempat rekreasi, dan gedungperabot-perabot orang kaya diduniadan burung-burung indah piaraan merekaberasal dari analisis puisi negeriku karya mustofa bisri Pengertian puisi adalah suatu karya sastra tertulis dimana isinya merupakan ungkapan perasaan seorang penyair dengan menggunakan bahasa yang bermakna semantis serta mengandung irama, rima, dan ritma dalam penyusunan larik dan baitnya. Kumpulan Puisi Gus Mus - KH Mustofa Bisri atau yang lebih familiar dikenal sebagai Gus Mus merupakan Kyai, penyair, novelis, pelukis, budayawan dan cendekiawan muslim yang lahir di Rembang, Jawa Tengah, 10 Agustus 1944, dari keluarga santri. Kakeknya, Kyai Mustofa Bisri adalah seorang bentuknya singkat dan padat, umumnya orang lain kesulitan untuk menjelaskan makna puisi yang disampaikan dari setiap baitnya. Itulah informasi tentang puisi negeriku karya kh mustofa bisri yang dapat admin kumpulkan. Admin blog KT Puisi 2019 juga mengumpulkan gambar-gambar lainnya terkait puisi negeriku karya kh mustofa bisri dibawah ini. Recommended Posts of Puisi Negeriku Karya Kh Mustofa Bisri Kt Puisi Admin blog KT Puisi 2019 juga mengumpulkan gambar-gambar lainnya terkait makna puisi negeriku karya mustofa bisri dibawah ini.. Arti Atau Makna Apa Yang Terkandung Dalam Puisi Negeriku Karya Kh. Lks 7 Pel9.. Terima kasih telah berkunjung ke blog KT Puisi Puisi Gus Mus - KH Mustofa Bisri atau yang lebih familiar dikenal sebagai Gus Mus merupakan Kyai, penyair, novelis, pelukis, budayawan dan cendekiawan muslim yang lahir di Rembang, Jawa Tengah, 10 Agustus 1944, dari keluarga santri. Kakeknya, Kyai Mustofa Bisri adalah seorang ulama. Demikian pula ayahnya, KH Bisri Mustofa, yang tahun 1941 mendirikan Pondok Pesantren Roudlatut puisi NegerikuKarya KH. Mustofa BisriMana ada negeri sesubur negeriku?Sawahnya tak hanya menumbuhkan padi, tebu, dan jagungtapi juga pabrik, tempat rek. Baca puisi NegerikuKarya.Pembacaan Puisi Karya Sang Maestro KH Mustofa Bisri berjudul "Negeriku"Cast Naufal Hanif S https//. Joko S https//.Buku-Buku Puisi Ohoi kumpulan puisi-puisi balsem kumpulan puisi, 1988; Rubaiyat Angin dan Rumput kumpulan puisi kumpulan puisi, 1994; Wekwekwek sajak-sajak bumilangit kumpulan puisi, 1996; Album Sajak-Sajak A. Mustofa Bisri 2008; buku ini kategorikan langka karena statusnya tidak diperjualbelikan dan hanya bisa ditemukan di Kyai Mustofa Bisri adalah seorang ulama. Demikian pula ayahnya, KH Bisri Mustofa, yang tahun 1941 mendirikan Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin, adalah seorang ulama karismatik termasyur. Ia dididik orang tuanya dengan keras apalagi jika menyangkut prinsip-prinsip agama. Namun, pendidikan dasar dan menengahnya terbilang kacau.puisi GusMus Negerikupenelitian ini adalah album puisi membaca Indonesia karya Mustofa Bisri. Identitas puisi tersebut sebagai berikut Judul Gus Mus ''Membaca Indonesia'' Pengarang Mustofa Bisri Jumlah Puisi Dalam Album Empat Puisi Negeriku, Di Negeri Amplop, Negeri Haha Hihi dan, Aku Masih Sagat Hafal Nyayian ItuNegeriku semoga cepat kau Puisi Karya KH. Ahmad Mustofa Bisri Gatot IriantoNegeriku Puisi Karya KH. Ahmad Mustofa Bisri Gatot IriantoNegeriku Puisi Karya KH. Ahmad Must. HARGA MATI - Puisi Untuk Negeriku Indonesia Ketika ⦠Untuk Negeriku Indonesia Ketika terdengar kemerdekaanmu Bagaikan kilat yang menyambar keseluruh penjuru Saat itu pula manca negā¦Terimakasih. Listen on Spotify Support this podcast Available on Puisi karya Gus Mus - Negeriku SemacamCerita Oct 27, 2020 0000 0223 Pesan pak natsir - Perjuangan Hallo sobatCerita , Terimakasih sudah mendengarkan. Salam sehat dan bahagia š Apr 27, 2022 0322 Fajar merah - Kebenaran Akan Terus Hidup COVER Please in order. This 248 page thick book contains 48 Gus Mus writing, which is then divided into five parts. The first part contains eight writings regarding the caliphs such as Umar bin Abdul Aziz caliphs; figures and guardians such as Kiai Hasyim Asy'ari Juai, Kiai Hamid Sanur, Holy Sunan and so on. The second part contains eight writings containing love and poetry, PRODUCT GUARANTEE Title THICK GUS MUS DAY Author KH. Bistofa MUSTOFA Completed WITH -Khot / Clear writing -Good Paper * Cover SOFT COVER * Paper HVS * Size x * Thick 250 Pages - Buy Gus Mus's Daily Fiqh Book KHALISTA KH. Mustofa BISRI - Daily FiqhNegeriku, sebuah karya tulisan ulang Pena Amatirvideo lain ā”ļø These are the results of people's searches on the internet, maybe it matches what you need Puisi Negeriku Karya Kh Mustofa Bisri Kt Puisi - A collection of text Puisi Negeriku Karya Kh Mustofa Bisri Kt Puisi from the internet giant network on planet earth, can be seen here. We hope you find what you are looking for. Hopefully can help. Thanks. See the Next Post
DownloadCitation | On Jun 25, 2020, Midle Line Krismonsari and others published KUMPULAN PUISI NEGERI DAGING KARYA A. MUSTOFA BISRI: ETIKA LIBERASI DAN KANDUNGAN NILAI KARAKTERNYA (METODE SASTRA
DITANAH ANARKI Hati menggebu, berdebar, hilang arah Jiwaku disisi, ditanah air asing Memeras keringat memacu peluh, Di jendela angan Berdiriku peratapi Di cabang widuri Memandang sangsaka bertiang bambu Berkibar tak kembang Menjulang tak terbang Ada lelah di tiang kemajuan Ada janji tak pernah tepat terucap lisan Makmur dan sejahtera bagi rakyat hanya bias semata Aku āasingā ditanah air ku Artikulasi tak berisi Bendera berkibar tanpa tiang Ucap di balik segelas kopi Tak mengantarkanku pada kemerdekaan Merdeka itu bebas Dan bebas itu berkarya Dirgahayu 71 Indonesia-ku Taba Saling, Bengkulu. 17 Agustus 2016 - Bida-dari Dunia Di tikam kecantikan Sayap 'bidadariā dunia Lentik balutan sutra pada "rusuknyaā Jeruji aurat menerpa tiada henti Ku tunjuk satu Mewakilkan ketaqwaan, pengabdian balutan kasih sempurna Antara Mahabbah Rabb Dan ruas rusuk-ku Bengkulu, 02 Februari 2017 - Termenung Aku Di bawah alam sadar Ijinkan hening keluh hati Supaya duka luka Tiada memecah sunyi malam Menggelegar hambar kebenak sang rahman Cerita bisu Tiada benar-benar tahu, Aku Hati bersenada Naskah luka Terlihat tiada tanya Bengkulu, 06 Februari 2017 - Lelahku Bolehkah beristirahat Memangku dagu di bahu tegar Sudikah mendongeng Masa muda-Mu kekar membatu Maukah menebar bibit mimpi Di benakku rapuh, gusar Maukah Maukah, ayah??? Bengkulu, 18 Maret 2017 - Balada Insomnia I Taukah? Jatuh cinta jadikan dewasa Mengalun merebak di telinga Menuntun hati kokoh mandiri Bisa apa? Ketika hati terketuk cinta Menjalar nadi mendarah daging Tanpa cinta Tak mengenal rasa Salah cinta, bisa apa? Hidup tidur di kegelapan Membuat tak nyaman Terbelalak mentari Tak jua jatuh hati Sukar, Tak berdaya, Juga monoton Hadir cinta hati nyaman Pun segalanya Di kegelapan memandang dan berjalan, Di bawah terik tersisih bernaung Bak embun di tengah gurun Sekian terjemahan Cinta mampu membaca hati Bengkulu, 07 April 2017 - Hakekat Cinta Suci Bawa aku jatuh cinta lagi, Pada siapapun Yang mencintai tuhannya Kepada siapa saja Yang menduakan Cintaku demi rabbi Atau jauhkan aku Demi seutas mahabbah maha rahman Bengkulu, 21 April 2017 - Maaf Tuhan, Aku Sedang Sibuk I Tuhan, Meninggalkan mu siang malam Bukan niat melalaikan Cukup bagiku Melihatmu dari sisi manapun Yang ku mau Sejauh ini Tak sedikit menemukan Kecintaan abadi pada dunia Sampai tertuju padamu Sampai nasehat tiba kepadaku Semesta Tergambar Sempurna mu Bisikan tauhid yang usang Hadir pada duniawi Semena-mena mencintai Semua jadi ruh Sujud mengagungkan mu Tuhan, Hambakan aku Jadi jalan keridhaan mu Bengkulu, 24 April 2017 - Samar Rapuh kelopak mawar Di dera ombak deras Lembut belai embun Menyibak relung hati Menahan diri di terpa senja Sang mawar bersua menyambutku Bersama mahkota esok Tenang hamparan samudera Camar bernyanyi Hambar menyikapi sepi Dingin angin menepis Lekang hening, hadir memapah sayu Sepi Sunyi Berteman intonasi pagi Derup sayu mentari Bengkulu, 29 Mei 2017 - Kelana Tapaki jalan hidup Akrab bumi denganku Ada logat yang tak ku lupa Pada siang, malam berganti Ahhh, ku duga Dia menganulir kenyamanan, Rasa terbangun, benak belaka Diam, Bisikan kedigdayaan fana Andai rupa ku rubah, Bagai burung terbang bebas Arungi laut lepas Susuri langit tanpa pamit Dengan pongah Kepak sayap mengibas badai, Menyapu, menyapa dunia Lewat dan istirahat Bukan karna aku khalifah alam Bergerak Berbisik Dan Melupa Argajaya, 05 juli 2017, AuRora - Kontribusi Alus Sejak meninggi sang surya Ia membelaiku Mendekap hangat Sekat dinding atmosfire Lantang menyapu bulir sayapku Enggan luput Malu menatap terik Ia mulai turun setengah hasta Melirik tumpah rasa Menjulang curam di bibir pantai Ikat janji esok hari Berbisik Enggan tinggal sendiri Di jamah waktu, Di rengkuh malang gulita Ku balas tatap-nya "Yang menemani; Bukan menggantikanmu" Rona rembulan walimu Anyam mimpi hingga kembali Usah risau, Meski bersimpang Ingat janji ku, "Kita seumur, tertatih di buaian Kau menimang semat kasihmu Berujar halus tak ku lupa" Sudahlah Takan pergi tanpamu Bermimpi sendiri, Menjaga halusinasi Tak sedetik waktu Mencegah maju Kau tau "Aku ingin hidup seribu tahun lagi" Bengkulu, 26 Juli 2017 - Lentera Di tepi Malam Tiada sapa Malam takut rembulan cemburu Di sela pekat kabut, meronta, malu, Ragu berujar waktu Malam diam melangkah Cahaya henti di pembaringan Gusar, Kalut sampai larut Embun membalut lembut Lentera menyerangai Pada jiwa khidmat Tersirat Angin hembuskan rindu Mesra mengoyak luka Kelabuhi rasa sampai bias Anyam kemesraan Bengkulu, 31 Juli 2017 - Di Atas Hutan Mangrove Berdua melirik alam Tersemai menjulang semampai Hias rantai rawa, tepian dangkal Sambut biduk lalu lalang Memecah riak ombak sungai Ku tulis, memandang Rimbun semilir daun melambai Tersenyum mencibir Cemburu malu kutanya padanya Kutatap celah langit Rimbunan pohon bakau Enggan aku pulang Kampung Bahari, 06 Agustus 2017 - Jiwa Para Veteran Gersang menepi selepas purnama Jiwa-jiwa kuat di restui tuhannya Sontak gemuruh āIngin hidup seratus tahun lagiā Meminta tuhan Melalui kapas-kapas doa Kenang merdeka tanpa duka Bengkulu, 13 Oktober 2017 āSelamat hari veteran mengenang jasa para veteran doa terbaik untuk pahlawan Indonesiaā - Cumbui Aku Cumbui aku lewat duka Lewat lepuh luka Lewat gelap gulita Lewat dingin gemetar Cumbui aku sesukamu fatamorgana Aku takut hilang waktu Aku takut sepi Aku,...arghhhh Tak ku genggam Ku sentuh Merangkul mu Tapi Rasa yang ku utarakan tak bicara cara Ku kutip tahun lalu Lipat lembar baru Ku tutup bingkai harap bersamamu Monalisa, Ku berpuisi dengan nurani Sampaikan fatamorgana Utarakan cinta padamu Bengkulu, 22 Agustus 2017 - Daku Duka Dunia Daku tersenyum sinis Melihat hampar metamorfosa Alam, insan, kekerasan Abu tebal menguntit udara segar Asam sulfat mengais pilu Polusi, debu merongrong ruh Perlahan Daku terusir oleh mu⦠Juga dia Satu persatu Plastik, Sampah, polusi Mendaging pada alam Akrab semesta terlantar tanpa ampun, Daku menanamkan duka Untuk cucu-cucu terCinta Tapak Paderi, 27 Agustus 2017 - Selaput Sastra Dini hari Tidur bermimpi Meredam lelah Membungkam gelisah Telisik secerca prosa Yang menyajikan cinta Lampiaskan nafsu bijaksana Menggelora di celah kata-kata Metafora tersaji Di batas mimpi Menuang ide Rima menjadi mimpi Klausa menjadi mimpi Lalu, Ku tulis absurd Ataukah,? Diam, hening mengendap⦠Bengkulu , 04 September 2017 - Metafora Semesta Halusinasi Tatap lukis alam Menderai di atas kalbu nirmala-nya Terkikis lahan hujat Memandang langit Lafas Khas tulisan Kalam Cipta Tuhan bernaung ilham Sungguh, Jiwa tentram tertanam fasih Bawa hamba Cinta, memuja, membaca Muhabbah maha rahman Tiada luka hamba Tiada kira Patuh bertakwa.... Bengkulu, 07 September 2017 - Dera Hujan Dirumah Dosen Mulai khawatir Duduk di sini di tepi garasi Pandang langit alam Menggelegarkan halilintar Berteduh diri dari kuyup Menunggu terbukanya pintu itu Aku terusik Suara nyaring bising Sedang waktu terus menyusut Ku coba rebah di tepian kolam Ku lihat ikan kegirangan Air curah mengalir Buat seisi kolam segar terpana Satu jam kami berpangku dagu Di garasi rumah singgah menunggu Ya, belum juga terbuka Gelisah ku pandang awan Kian gelap hujan merangkak Tak ada tanda akan terbukanya pintu Masih menunggu Ada harap tak terlewat Dari seorang yang di damba Bengkulu, 09 september 2017 - Tak Dapat Tidur Tak dapat tidur malam ini Bersarung kain tak nyenyak Di sapa deraipun terusik Nyamuk hinggap kesana kemari Tanpa risau hati menyakiti Sedang ku enggan menemani Ia makin tak tau diri Ku tarik kain tertutup sekujur tubuh Melilit kantuk menggapai subuh Namun daya selemah resah Tak tertahan melawan gundah Nyamukpun riang membuatku keluh Aku bergegas bangun telusuri gelap Sembari meradang dendam Ku cari denging sesumbarnya Tepiskan telapak dengan beringas Akhirnya, terbayarkan caraku mendengkur Bengkulu,10 September 2017 - Risau Tiada bintang malam Memandang sepi menyakiti Semakin pekat Tersandar dinding sejarah Tuang penat Tak tau kepada siapa mengadu Aku rindu teman cerita Letih berpetualang Perjuangkan selembar diploma Sibuk mengukur garis cita~cita Bertiga, kita saling mengadu rasa Menuang retorika Mencaci definisi hidup, luka Sesekali Ingin ku depak bosan dari kamar malamku Bersamamu kawan Tentang sastra, tata bahasa Linguistik, jurnalistik Tentang kisah semalam Kala aku sendiri tanpa kalian Terbayang renggang Di tengah kota Di sudut hingar-bingar tersisih sepi Tiada hari tuk menepi bersamamu lagi, kawan Malam Bermimpi Halusinasi kasar Tertatih beriringan Cerita komplikasi Tentang semesta Tentang orang malam kesepian Bengkulu, 13 september 2017 - Pelabuhan lama Tempat kapal Inggris berlabuh Tinggal lumut-karang tumbuh Pasir kian menjulang dangkal Sengkal jala menjulang Pemancing asik mengumpan harap Bermain dengan ikan kecil Camar mendayu-dayu Mengintari pelabuhan tua Tak lagi di jamah perahu raya Tinggal sisa cerita leluhur masa Berharap tak terkikis waktu Anak tau cerita ibu Berdua di tepi paderi bersua Tapak Paderi, 14 September 2017 - Seribu Tanya Pasir bergeming Panas gusar Daun rebah Tanah menguap Berjalan Merangkak Berbincang Bergumam Tatap tengadah Dengan raut pinga Tak bergeming Laksana luruh perang Bertanya dalam singkat "Aku menemukan Tuhan?" Bengkulu, 18 september 2017 - Dawai-dawai Laut Duduk di atas biduk Terombang-ambing angin laut Berlayar hanyut Tiada camar lalu lalang Yaa, Hanya aku dan senja Muak terperangah Enggan tatap kembali Susuri gang di laut kekang Lepas samudera Tiada pohon tumbang Semai pencakar langit, Polusi, limbah sampah yang gerah dan tak ada yang aku bayangkan Tak lagi terlihat Titik kecil laut menyangkal Membelaku dengan satu alasan Darat tak lagi bersahabat Laut, ombak berdebur nyaring Membawa ku di tengah karam karang Ikan, udang melihatku berderai Pongah Ramah seirama Bengkulu 29 september 2017 - Senja I Lagi-lagi ku temukan ia, sayang... Camar dan gelombang Sayap Tuhan yang tak bimbang Alam, cinta, separuh karya semesta Ada bayang jingga di ukir senja Melambai mahsyur mentari tenggelam Aku, menemukanmu lagi, sayang... Bengkulu 02 Oktober - Purnama di Langit-langit Kelu Masih ingin ku pandang sampai pagi Caya-Mu redup di terpa bayang Sampai waktu hadir ku terpejam Dawai awan merentang kelam Meski lusa tak purnama Malam hilang ku tunggu Kau tetap lah rentetan rindu-Ku Bengkulu, 05 Oktober 2017 - Oktober Kasmaran Jatuh cinta Aku direngkuh asa Musim hujan gusar Rentetan rintik mencerca Aku diam Takut tersinggung hapus langkah-ku Ku biarkan ia lewat di halaman rumah Melompati pagar-pagar bambu Gemericik bersaing denting waktu Ku intip di balik kaca basah berembun Teduh runduk di bawah mentari Sibak berujar pada siang Ia malu bergelut dengan musim Sedang aku, gamang di resap dingin Aku tertawa Oktober hadir menuntun dewasa Asmara jatuh hati pada hawa Bayang senyum mu lewat Berhalusinasi Diam, menunggu hujan kembali merdu Hati berandai lihai Dawai bersua, bernyanyi Aku merah layu tak pandai merayu Tangan tersekap dibalik rindu Mulai gusar ku melangkah Tuhan memberi berkah Di sela doa Aku sempatkan meminta restu... 15 Oktober 2017 - Senjakala Ku duduk di sini Berdua dengan mu menanti Senja akan pergi Bersetubuh pada bumi Ingin ku dulang lautan Agar tak lagi menghalang Senja yang kian karam Menikmati jingga Yang pudar di terpa biru lautan 20 Oktober 2017 - Balada Ratu Samban Beberapa kali melintasimu Kau jemu layu Santai, nongkrong, main wifi dan lalu lalang Kisah haru dariku berlabuh Kian keras di bawah teras langit Abu-abu warnamu sembilu Berdebu dan lesu Prasangka ku begitu menggebu Tak lagi bersandar Dan menyisakan sapa biasa Apa aku, mulai jatuh hati pada ratu lainnya? Ratu Samban Bengkulu, 27 Oktober 2017 - Bayang Malam Aku tak tahu siapa tuan Hanya saja tuan melirik tajam Kesana kemari tuan menguntit Aku bertanya tuan diam tak karuan Aku berlari dan diam tuan setia Tuan, Silahkan duluan!! tuan segan Tuan siapa? tanyaku, Timpalnya kaku Baik jika tak ada jawaban dari tuan Kita, Antara lentera malam yang curiga Kalau begitu padamkan saja cahayanya Pettth.., Ia makin kuasa Bengkulu, 28 Oktober 2018-02-27 - Tak Mau Tua Metafora Berujar pada fajar Pohon di sekeliling rengkuh Mentari sebentar lagi terbit Merekah sumringah Susuri jejak trotoar Saksi pejalan kaki terlupakan Alih rupiah tak elak Hingar-bingar layar petuah Alih fungsi pasar dadakan Warna langit sedikit abu Kian rindu pada ibu Menyandera asap, mendera sesap Penyapu jalan sedikit mendikte Marah pada dedaunan gugur Tukang parkir mangkir Mobil berjajar di trotoar kami Siswa-siswi lari mengejar bel Alih-alih ria Tanya pada tetua bijaksana Guru-guru kelu Bosan memberi ilmu Apa daya saku tak mau 08 November 2017 - Senjang Sudut luka Mulai akrab pada malam Sendiri rebah, Tatap langit-langit kamar Bersua pada rindu Dulu Sudut sepi Luka lama mendera Hati tumpah sayu Darah di sela arteri Henti berdenyut beku Tersedu mengingatmu Pilu, hening Kaku menemaniku Berbisik dawaikan larik Parau mendayu Sigap menahan lelap Menepis doa terucap Mimpi manis kalap Ingkar Pagi menyapa duka Embun melepas fajar Aku tetaplah kawan lukamu Tertatih Membekas 08 November 2017 - Menderap Pertiwi Kita lupa Pada minoritas di atas kertas Yang berdaya membela negara Karna anak cucunya Kita lupa pada waktu Mereka, Yang mengais sampah Menyapu jalanan Jajakan koran di bibir harap Mengamen, berjibaku pada siang Adalah minoritas yang berjuang Bukan berkolusi Lewat berkas bisu Atau kuasa jas abu-abu,, Bukanlah kita Intelek berdalih resparasi bangsa Demi kepentingan perut Kita, adalah mereka yang lapar Tanpa peduli pada pertiwi Sampai kapan kita setia Pada janji berbangsa, sila keempat Pada Tuhan yang adil bijaksana Jiwa-jiwa pahlawan Terlupa politisasi jangka rentan Sampai kapan? Kita bebas Berdemokrasi,, Sampai layukah Indonesia??? 12 November Masa Milenial - Kala Sendiri Langkah gontai lunglai Kesah terberai Mata-mata tawakal Tak menyuruhku diam Bibir-bibir mungil Menyayat telinga Timur fajar Hingga barat senja Serak menjagal malam Angin sanggah sepoy nyamanku Kelu panas mentari Di dera badai nirwana Aku ingin di persanda Oleh jiwa-jiwa khidmat Agar pongah tak lagi gemulai Walau riak badai melandai 18 November 2017 - "Aku Bukan Aku" Kata Buku Buku-buku di sampingku meronta Bosan terus ku dikte Ku peluk mesra kala rebah Menggeliat ingin lepas di bibir pantai Kamuflase pada rindu Berujar pada senja sore Aku bersikukuh, dekap tak mau lepas Satu kata menyiangiku seharian Satu paragraf pertama aku lunglai gelisah Satu lembar kemudian, berderai jadi puing "Oh, Andai tiada facebook Aku kian manja kau baca Coba tak ada wa, bbm, line, pun lain Aku sendu menanti mu kembali " Katanya dalam bait "Kapanpun kawan Aku tulus memberi jalan, Menitah sampai senja, Merangkul hingga renta, Bahkan bertengger di nisan mu Aku malu-malu mendekapmu mesra Percayakan aksara yang tumpul gurauan Ajarkan hening Bijaksana layaknya padi itu Isyarat batu yang tabah Umur jadi ukur, Kita berjarak satu hasta, saj Curhatmu tentang ku pada arloji Bengkulu, 03 Desember 2017 - Tuhan Dirinya Sendiri Suatu ketika Aku duduk menatap langit Tak ada Tuhan, Memandang laut lepas Tak ada Tuhan, Sampai di tengah-tengah gurun Tak ada Tuhan. Ku putuskan sekali lagi melihat hutan di negeriku... Wahh!! Ku lihat banyak sekali manusia Menjadi Tuhan untuk dirinya sendiri Merambah hutan, Mendirikan tambang, Bakar buka lahan, Menggunduli ke-esaan manusia 12 Desember 2017 - Rotasi Waktu Berjalan aku di sumbu waktu Rentan Enggan pergi dari ruang lingkar Berkumpul Kita diam di atas jejak Monoton Kaku mengeja siang malam Berunding Kaku dalam makna Lamban Terpejam di luar zona Berputar dalam jangka Tak sungkan mendera peluang Bengkulu, 18 Desember 2017 - Ayah Bagaimana Jika kita bicara tentang besi tua Berkarat, renta, lusuh, tak kokoh sediakala Besi tua Mengarat di dera hujan panas Tampak urat keringat Bisu jadi abu Kekar jadi lesu Tangguh, seketika layu Siang malam harap senyap Tanpa lapar di pundak besi tua Mengejar nafas di bilik bambu Diluar, umur membabu Renta, lenyap ia kunyah Senyum pilu menatap raut wajah sayu Selembar baju membalut lelah Besi tua bersua pada dunia Keriput di balut senja Malam begitu mempesona Siang bak ranum mawar Dialah Ayah tercinta sibesi tua dari surga 19 Desember 2017 - Siapa Kita? Namamu begitu asing Siapa? Apa kita pernah bertemu di padang gersang Hingga tiada lagi sapa terulang Siapa? Atau perjumpaan di tepi samudera waktu itu Sampai begitu akrab tak saling rindu Seingatku, Tiada temu dan jumpa yang paling mesra Sampai kita saling melupa Kecuali, Perkenalan kita maya, dua-tiga tahun lalu Mungkin. Kau sudah jadi namaku yang samar Bengkulu, 21 Desember 2017 - Pantai Kualo Begini; Biar ku ceritakan kiriman dari sebrang Untuk ikan-ikan di lautan Aku berjalan mengintari tepian sungai Sisi lain tepian samudera Tak ku temukan seroja, pecahan kerang Liat saja Ya, seonggok kesombongan Dari sampah limpahan limbah batu bara Lalu, segala sudut Tak ku temukan permata-permata zambrut Di balik tapak ku temui Tumpukan sampah masih basah Enggan di papah jari-jari mungil Tunggu dulu, ahh!!! Apa mungkin muntahan paus Menepi di pantai usang Lihat saja, jangankan kepiting Kerikil pantai patah hilang menyeruak Apalagi harapan!!? Marahku dalam hati Bengkulu, 28 Desember 2017 - Antarkan Aku Pulang Kawan; Ada seberkas bisu Saling serang dalam diam Yang hilang kepercayaan Lenyap berhadap-hadapan Derap lembah curam, Sekat hulu-hilir diwala yang usang Jalan landai terlena pada niscaya ''Bawa aku pulang'' Bengkulu, 07 Januari 2018 - Sajak Sejuk Sedikit manusia Memandang cemburu Karya Tuhan lebih teduh dari doa Hiasan di setiap zikir Dari manapun memujinya, Ooh, Tuhan segala unsur! Yang mati kau sentuh cinta Apalagi yang senantiasa bercumbu pada nafas; Kata-kataku sedikit rancu memuji Desah nafas berat merabu Muhabbah darimu, Manusia yang mulia Hidup fajar mati senja, Rindu memimpikan-Mu kala petang Bengkulu, 11 Januari 2017 - Haruskah Iqra ''Iqra' biismi rabbikal-ladzii khalaq Bacalah, Dengan nama Tuhanmu yang menjadikan., Ku temukan dalam bait ayat Sedang Muhammad, Bersimbuh bertahun-tahun mencari Di gua Hira yang sesak dan pengap ''Khalaqa-insaana min 'alaq Menjadikan manusia dari segumpal darah. Kisah penciptaan manusia Adam, Bersimbuh kelakar juangkan anak-cucunya Di Surga penuh goda ''Iqra' warabbukal akram Bacalah, dan Tuhan-mu Yang Maha Pemurah. Setiap waktu keluh berdoa Muhammad, Adam menangis rintih Di Dunia fana dan sia-sia Memohon keselamatan hambanya ''Al-ladzii 'allama bil qalam Yang mengajar dengan qalam. Aku, sekali lagi, aku.... Jadikan rahmat bagi kaum Muhammad Bengkulu, 11 Januari 2017 - Senja Memohonkan Dikau Aku pernah cinta denganmu Walau tertatih, Hadirmu jadikan ku lebih dewasa Walau akhirnya pisah di reruntuhan hujan Engkau bisikkan sayup-sayup mimpiku Di persimpangan ini, tiadapun dikau Aku sekarat merangkak Daun gugur, ranting patah tak tumbuh Kita hilang arah Sekalipun tidak Menggugurkanmu dalam doaku Sampai kapanpun dinda Sampai tua berujar tanpamu Sampai renta memejam Ku mau, nisanku berdampingan 13 Januari 2018 - Budi Ajarkan Budi Budi?! Kemari Bapak ajarkan abjad Supaya tidak bejat Nanti Mati Budi Kesini Ibu ajarkan bilangan Agar selalu penyayang Nanti Sampai mati... Ayah. Budi faham Abjad tunas makna Menjadi diri bijaksana Bungkam kesah Ibu. Budi mengerti Bilangan simbol perlawanan Mematri nisan Kembali Abadi *Mengenang wafatnya guru Budi akibat penganiayaan siswanya 13 Februari 2018 - Gurauan Waktu Sesak Dada berdegub kencang Hilang ruang Tanya ku tak usai ''Sial menguap lenyap?'' Pincang ''seiring waktu berjalan'' Haruskah ku sayat nadi Lepas melas, jadi seonggok daging busuk Yang jadi penutup kebohongan Muak bicara pelan Bijaksana pada puan Bosan berdiri paling depan Getir, Saksi keadilan ingin beda rasa Mati, terkesan beda cara Peratapi bendera Tak rupa kasta membelenggu Amarah di nista tuhan tanpa asa Tak satupun manusia ku temui Dalam keadaan berserah diri Kecuali yang ku pandang di sebrang sawahnya Ia terus berkaca pada parit Ketika ku tanya demikian Ia melempar kesan 15 Januari 2018 - Balada Semalam Sayang Ingin ku nikmati mungil tubuh mu Selangkangan bunga kamboja Lekuk dada, rambut-rambut tipis berdawai Leher indah, rona pipi Menggelinjang tersengat Oh, dewi ratus maha anggun Telanjang Mu indah membelai mataku Oh, dupa teduh bernaungi resah Ku cumbu dikau sampai pagi, Ku rengkuh mesra sampai senja Dewangga jadi saksi semalam Mencabikmu desah Seduh bercampur dengan peluh Dewiku Anggun penawar jiwa sepi Tak hengkang mata memandang Biar saja kau kangkang Sampai subuh terlena Di bayang-bayang madu nirwana Bengkulu, 17 Februari 2018 - Pagi o Denny Pandang ku melayang pada nama asing Tak ku kenal, Katanya ia pelopor pujangga baru Pujangganya kata-kata Merenggut setengah hasta lahirnya sastra Denny JA Orang baru yang sok tau Pandai menata berudu Karya bias, syair tabu Kata bias, bait lugu Ketimbang syairku, ia lebih berani Maklum lahirnya lebih dulu dariku Kata beliau Sastra sistem komunikasi rasa, Tau kias ia anggap keras Diksi ia anggap fiksi Metafora ia anggap jenaka semata Sedangkan awampun tau Puisi punya retorika Tak membeli kata jadi politik asa Bengkulu, 22 Januari 2018 - Tak Se-ego Namamu Bukan sesekali mendekapmu dalam diam; Doaku, mendekapmu Langkahku, mendekapmu Gawaiku, mendekapmu Kau terlalu cepat menyimpulkan asa; Hadirku, tiada guna Sapaku, tiada guna Senyumku, tiada guna Lalu, bagaimana bebas terbang tinggi; Jika sayap kau kepakkan batas prasangka 22 Januari 2018 - Menggadai Kasih Satu malam pekat Awan kelam, angin tak bersahabat Ku rangkai pilu Hilang kelang membisu Berai. Sakit tiada kira Mata berbinar Enyah menyapamu Tak pandai ku tahan rindu, menggebu Bersua memandangmu gulita Di reruntuhan hujan Berteduh pada emperan kasih Tiba-tiba asa menyeruak Sepanjang jalan melintas pulang Ku sekat tanpa batas Kau peluk erat Saat jemari saling silang menggenggam Tabu, Tiada kau titipkan seroja lama Kita saling ingkar merajut janji Patah rayu lekas menghujam Hasrat jemawa Tiada daya ku seduh jua Semesra dulu Kala membelai wajah sayu Dingin membalut keras lidahku Kau seroja lupa kasih sayang Di hamparan malaka membentang Hilangan dayung, berenang Menuju tepi Ilhammu Bengkulu, 22 Januari 2018 - Tanpa Rindu Malam rindu Kau indah terlihat Ku usap fotomu yang tinggal satu, Bawa kemanapun pergi sesap dalam raga Bayang mu disini Sebagai sapa penghibur lara Raba mengusap luka Meski kau gadai cinta Iklas senyum pahit menunggu Tanpa akad, tiadalah menggenggam mu Satu pinta, titipkan kasih Jaga utuh pada lubuk hati Jangan pula kau gadaikan namaku Meski tiada kuasa bersedia Cukup senja kita lewati Hujan menghapus luka Teruntai dalam setangkai rasa Tiadapun dikau, Aku hanya bangau yang sesat Sepanjang tepian selat 24 Januari 2018 - Malantang Haruskah lisan ku kunci rapat Diam tiada sapa Ataukah mata ku lipat Lekas lenyap, hilang Begitu membelenggu Hilang arah memandang Ku hempas di kelang Tersapu rindu Pulang kembali Angin mendera ku Enyah, Sesap tiada jalan tertuju Terpaku di persimpangan Menunggu, Waktu tak kunjung senja Bosan fajar lama menghujam Kaku diwala menuduhku Bagai gugur daun Sepanjang musim satu tahun Menunggu di ranting-ranting patah Menjegal hujan resah Tumbuh, patah tunas baru Dikosane mantan, 24 Januari 2018 - Lika Liku Aku Orang asing di sudut bisu Tak kenal dunia baru Keluar rumah tanpa baju Merangkak, kaku Bersemedi di bawah kaki langit Menengadah tanpa arah Kadang bersimpuh pada tanah Menapaki jalan sulit Aku Asing tertatih gundah Tak tau diri siapa Tuhan Acuh mengeluh rapuh Lupa kodrat insan 25 Januari 2018 - NuN Dalam sendiri ku fakirkan ruh Memuji Memadu Pohonkan seraut dosa Agar sesap Hilang Kelang dalam jemari ilahi Di bawah langit malam Maraung Terngiang Memudar lirih dalam bayang Merayu Mendekap Sekap mahabahmu yang bisu 25 Januari 2018 - Horizon Kaki Langit Abdulah, Anak tak di peranakkan Di tinggal mati ibu, Tak tau siapa bapak Mengais sampah di jalanan Kadang jadi babu, Hidup melunta-lunta Sesekali ia mampir kemasjid Mengadu pada ledeng, lepas dahaga Tak jarang bersimpuh teduh di emperan Mengucap sekelebat harap Pada Tuhan yang tak ia kenal Suatu kala Ia mampir kembali Mendongak ke dalam jendela Tangan menjulur mengait lirih Mata awas badan gemetar lara Taunya ia jatuh cinta pada asyifa Segera ia mendekap sekap Memeluk erat wasiat tuhan Niat hati mengenal rahman Setelah itu, timbul pertanyaan; "Apakah mencuri Qur'an di dalam masjid, Tidak timbul hukum apa-apa, di antara ganjaran apa-apa?" Manusia biasa apa jika Tuhan mau apa? Jadilah maka jadilah, Matilah maka matilah Di sana, yang kaya hanya tertawa Sedang aku yang jatuh cinta Menangis fakir dalam fakir Bengkulu, 26 Januari 2018 - Mencintaimu Setengah Windu Januari lekas pergi Menanti kemesraan akal Di hari ketujuh belas Lusa, Setengah windu terpatri Lantas lingkar tanggal Memelas setia Pada cinta fana Tak perlu bijaksana Pada diri birahi Usah sumpah suci Lalu aku gegas merana Seraya kandaskan cinta Kau janjikan seroja, Ku pungut lekas layu Kau ikrarkan setia, Ku genggam lantas pilu Lalu rindu selama purnama Bias saja bagai tanpa sua?? 17 Februari 2014 - 28 Januari 2018 -Nostalgia- " Antara malaka dan sunda kelana, Aku menitip rindu pada merpati bisu Sampaikah padamu sayup doaku? Atau, sudah kau lipat jadi ASA 29 Januari 2018 - Sajak Orang Susah I Terik menyengat ubun-ubun Manusia hilir mudik berhamburan Aku tergopoh melas Meminta tolong rakyat kansas Taunya, Bantu tak ikhlas, bangsat! Buat otak makin rusak saja Tercecer bagai puing kelana Lari Aku bergumam teraniaya..." 05 Februari 2018 - Sajak Orang Susah II Ingin sekali ku sepak Mulutmu sial dan bau Ku sumpal dangkal otak dan fikiran Lagi-lagi, bangsat!! Aku kena tipu muslihat Padahal baru semalam tobat Minta ampun melas pada ilahi Mohon menjauh, sayang Tak kau lihat apa?! Ubun-ubunku tersengat mentari Setengah hari minta-minta pada manusia Oh, sial sekali,! Berdoa seharian penuh Cukup berharga ketimbang menggosok buntut keledai Apalagi minta tekken prosedurisasi bangkai Ah, atau mulutku saja yang ku jejal Supaya mereka terhormati Tidak tersinggung begini 05 Februari 2018 - Detra Bunga seroja Di tepian jenggala Harum merbak menghujam nurani Kaku mendekap bumi Tuhan memelukmu erat Walau kita sekarat menatap Jangan tumbuh lagi seroja ku Cukup dikau Mekar di taman royyan * Mengenang tragedi pembunuhan siswi SMAN 04 Bengkulu Umi Detra; Oktober 1998-Februari 2018 - Ke-aDilan~jutkan Kepada Rakyat Pekerja Indonesia Ingin saya katakan Bahwa kepada nasib kalianlah Munir selalu gelisah dalam hidupnya Itu pula yang dia bawa hingga ke liang lahat! Pada keresahan anak-anakmu Cucu-cucumu yang lugu, Cicit-cicitmu yang lucu, Namun kegalauan cemas kuyu Bahkan aku yang tak kenal kamu, Membelenggu rasa itu Moga kau damai Untuk lekas semayam disisi-NYA Namamu, namaku, adalah nama Tuhan Indah tiada keadilan Rapuh terpendam bisu Selama-nya Fenomena film Dilan_Munir In Memoriam 1965-2004 06 Februari 2018 - Bila Nanti Aku Tak Sempat Aku merestuimu seperti restu Tuhan Sesempat hantar doa mawadah Lekas akad dari maha rahman Terpatri suci idah yang indah Selamat bahagia, sayang Senja mu berdua adalah anugerah Sepanjang fajar menitah kesah Berjalanlah dengan cinta yang tabah Saling meniti kasih-sayang beriringan, *Pernikahan adik angkat Dyan Febriani yang tak sempat ku datangi 07 Februari 2018 - Harusnya Aku Malu Suatu ketika Kala aku lupa Jangan sapa Pukul dengan cinta Bukankah ikhlas? Temu tawa Pisah diantara bahagia Masing-masing Lepas mengembara 10 Februari 2018 - HENING ...........R ..............I ................N .............D ...........U I.......... L............ A............ H......... 13 Februari 2018 - SAJAK KEYBOARD Diatas CTRL+C Di atas zarah Bilangan tak terhitung Metafora CTRL Cipta makna Lembar terhimpun Pada kertas kosong Fayakun!! Ratu Samban, 15 Februari 2018 - Kabur Dari Kubur Ku ziarahi makam-makam imam Di bawah terang bulan Malam sunyi Mencari nama wali Di atas rumput basah Membaca ukiran Pada nisan-nisan tua Mengusap daki tebal mengatup Ada yang alpa dari nama-nama esa Derita semayam di sisi merua Tersedu pilu Sendiri dalam mati Lain sisi Tergelap dalam peti Tanah memeluk erat Pada mayat-mayat sekarat Tlah lama menanti waktu Sangkakala merdeka Mereka, Meminta Munkar-Nakir Memohon terlunta-lunta Menjerit pilu Bebas kembali fana Bersujud tilawah mendekap nama Dari yang maha cipta Setiap hari tanpa jelak Tanpa asih Ilah acuh gemuruh Mencaci maki umur Fulan fasik tak peduli kala hidup Lalu Nikmat manakah yang kau pilih Ruh membalut rangka kau sia-sia Atau Tinggal belulang tak berdaya kau minta-minta Bengkulu, 16 Februari 2018 - Setengah Windu Terakhir Bersama senyap harap Aku meminta Tuhan Memberi arah kaki melekap Di setengah windu terakhir Membatin Syairku terlalu elegi Terlampau cemas tanpa alas Bimbang hilang Kabar terkubur mati Terbentur angka senja Setiaku takut luka Sirna di rengkuh ayumu Hilang pada titik tumpul Di cerca waktu Mengeja ku dalam bayang hilang Oh, Alif Lam Ha Aku mengeja ke-esaan cintamu Pada jengah kesendirian Terlalu fakir mendekapmu Kaku 17 Februari 2018 - Gelisah Cinta yang main-main Atau aku yang main-main? Simpan bayangmu di malam kelam Lepas mendekap Pada sekatup doa yang masih samar Ikat kuat seruas janji Lalu, Kenapa skenario pertemuan Selalu sepahit ini? 17 Februari 2018 - Dibalik Tirai Kampus Menanti kehadiran luka Tercecer lembar kalkir Terparkir, sayup-sayup Hujan februari Meniti kesenduan Tak kunjung lekas Membuai karsa Esa, menatapku kaku Sedang eka, lamban membuai Terbelenggu-Waktu 19 Februari 2018 - Iba Diakhir Zaman Demi masa Tiba sebagai hamba Camar menyeru duduk bersila Membatin pada esa Demi masa Pada akhir zaman Hamba di cela keadaan Terlunta-lunta memohon Dalam diam kesenyapan Dunia yang fana, rapuh Resah makin goyah Di akhir salam, Tuhan menyapa prasangkaku "Akulah Zaman itu. Maka, jangan kau mencela" 23 Februari 2018 - Menatap Keras Pantai Berkas Lelaki seorang diri Menatap tajam sebrang lautan Nampaknya kurang percaya diri Sampai angin menerpa keningnya Sebilah pancing ia tancapkan di tepian Setengah 4 sebelum tergelincir senja di pantai berkas Bergegas menggelinjang tajam , lagi Pada awan-awan kelam menyeringai Ia mengeja arloji berkarat Tiada beban terpasang Di lepas penat Dan, aku, Sulung yang sedang bingung Ingin lepas bersama sesap pantai Muntahkan buih harap Lalu senyap di pelukan senja 27 Februari 2018 - Pertanggal 20 Bimbang di pojok bilik papan; Mirip lapas Diam merenung, berandai Suatu saat namaku terungkap Dari daftar pencarian orang Menyerah dengan ikhlas Di benam lapas nan keras Sekawanan anjing liar seleksi alam Aku, Tak punya kuasa akan takdir Tersangka, korban teraniaya Terkurung rangka halusinasi Tak ikhlas hartanya hilang sia-sia 27 Februari 2018 - Layang-layang, Sayang Terbang saja, Jangan putus Terbang bebas, Jangan lepas Terbang tinggi, Jangan pergi Biar ku tarik ulur hati Supaya kau tak lepas bebas Ku pegang erat dengan tali Agar kau tetap kembali Terbang saja sayang, Jangan lekas pergi Terbang tinggi sayang, Lekas kau kembali Tinggi-tinggi kau terbenam awan Jangan tinggi tak kembali Tinggi-tinggi ku ulur tali Supaya kau tak lupa diri Putus Terombang-ambing lautan angin Dan tak kembali, lalu Jatuh tersangkut pada dahan yang tak pasti 27 februari 2018 - āHilang Arahā Sesalku pernah genap dalam esa Sesumbar Jalani hari di belantara samudera Tanpa arah kemana berlayar Aku pulang dengan sendu Yang tak habis di hempas badai Bahtera yang terkoyak Terombang-ambing antara selat kekecewaan 10 Maret 2018 - āAnak Malamā Tawa di tangguhkan Mimpi-mimpi sirna Riak riuh di redam Pusaran waktu bias Pada malamnya cerita Kami mendongengkan kesenyapan Tatap kelamnya alam Telusuri mimpi-mimpi mati Domain sastra Yang lahir dari malam kembar Di lukis manusia lugu Doktrin karsa Tumbuh di kemaluan pujangga Bersenggama pada sepi Satu-persatu kami diam Di kubur waktu Dan hidup seribu tahun lagi 14 Maret 2018 - Aku Hilang Arah Asing Sekelilingku Menelan nyaman lautan bias Jenuh menggerutu Diam di rengkuh sepi Khilaf pada jiwa-jiwa jengah Gelisah di sudut layar kaca Pada alur keresahan Di dera rapuh Ia acuh mendekapku Seterusnya begitu Luka sujud menganga Hingga kota menanti kekasih baru 21 Maret 2018 - Melodi Dermaga Di bawah pohon kamboja Pada redup rembulan Sebrang selat jenggalu Dalam kesepian imaji Aku diam di rengkuh sepi Pandang sayu cahaya lentera Pantulan pelabuhan malam Di cibir debur ombak Lama tak bersua pada sepi Aku lupa arti hening Kesenduan sabit cahaya langit Ingin rintik menyapa Mengendap-endap padaku bisu Pasak dilema malam Dalam bayang kejenuhan Mencapai klimaks-nya Ini, Malam minggu sunyi Tanpa tawa ibu Habil Di getir tanah rantau Dermaga Pulau Baii, 24 Maret 2018 - Tangga Kampus Not satu Not dua Namun, Bukan do re mi Aku jenuh Menghitung satu-persatu tangga kampus Taman bermain tetua yang tangguh "Sudah bulan berapa ini?" "Baru bulan tiga" 26 Maret 2018 - Pagi-ku Merah rona di tengah fajar Haus memandangmu, Kaktus di sebrang demikian Ratapnya melas meminta basuhkan embun Pada duri-duri kasih yang hilang Memohonkan doa kepadaku Sendiri terkulai Walau bias 26 Maret 2018 - Kongsi Kematian Mati, Kubur Mati, Kubur Mati, Kubur Mati Tiada lahan Bongkar makam Kubur Mati Tiada biaya Gali samping rumah Kubur Mati Tiada jamaah Imam bayaran Kubur Mati Lahan sengketa Bongkar makam Kubur Padang Betuah, 27 Maret 2018 - Departemen Mimpi Mendakilah tinggi-tinggi Kau liat sebrang kilimanjaro Salju terbentang lugas Di selaput muka bumi Mendakilah jangan gentar Katamu angkasa itu cuma sejengkal? Coba daki muka bumi yang polos ini Percaya atau tidak Nilaimu pada mimpi masih sebatas jari 27 Maret 2018 - Domisili Malas Pagi Dera hujan gerimis Menjeda aktivis Berbincang sebuah alasan untuk menang Babu waktu Berputar di lingkar jamah Mengeja dentingnya Terkulai layu, sayu, dan cundang Kita kaku Karna waktu hanya 24 jam Sedang, alasan untuk belajar Tak pernah demikian 28 Maret 2018 - Balada Hamba Tetua yang bijaksana Pandu aku tua dengan sederhana Rasa syukur meledak-ledak Penuh cita, cipta, dan cinta Maupun ketangguhan menghadapi rinduku Kepadamu, jua kasihmu al-Mahi 27 Maret 2018 - Dilema Penyair Buta Di manapun sepi Aku hanyalah sayap patahmu Hambar ingin kembali Berdiri pada pasak bumi Yang meninggikanku Aku bias di terpa fanatik Menghujam sayup-sayup senda Pada bait hujan nan rindang Kata-kataku adalah kegelisahan Yang semi berkarat Lumpuh Sastra tak lagi menghiburku Sajak rinduku melebur jadi kaku Sepatah kata mulai kelam ku rangkai Bait yang dulu menyatu Kini mulai hilang seiring selera zaman Atau aku yang mulai tua..? 30 Maret 2018 - Janji Sejoli "Kala mencintaiku adalah seni bernafasmu, Jangan nafikkan kerinduan Cukup engkau, Tuhan yang tau Semesta, ku lipat rapat-rapat Andai itu derita, Maka letakkanlah janji terpatri Walau rantai ilusi mengekang Lambat laun terberai ikhlas Percayalah, Ini janji yang keseratus kalinya Aku menghargai kesetianmu, Sayangku 31 Maret 2018 - Aku Sendiri di Padang Senja Rasanya; Seperti memulai dari awal, Ku lipat lembar yang sama Dari debu menjadi debu Sayat sembilu menjadi kalbu Berdaptasi, menyatu pada bumi 06 April 2018 - Alunan Subuh Aku tersadar Alunan takbir subuh Cara bersandarku Pada hari Satu syukur tersungkur Nikmat terjerat Memuja asma-mu ya rahman Aku terjamah Puing-puing hidayah Yang tiada henti singgah pada hati Sedetikpun nafas Ku hempas dalam doa 07 April 2018 - Diantara Luka Sayang, Cinta berhenti pada angan Bilapun aku tau Tiada ku lukis semesta kepadamu Semua hilang perlahan Jangan kembali hadirkan kenang Manusia lemah sepertiku Hanya mengendap pada suatu waktu; Berlatih tertatih 07 April 2018 - ''Tiada Ujar'' Aku menemukannya Pada kota kerdil nan asing Semua ramah meninggalkan Tiadapun terkecuali, dikau Sampai suatu ketika aku melihat-Nya Menyapa Menepi Menebar senyum Tuhan Tiadapun engkau Aku hanyalah ranting rapuh Tanpa sapamu kala itu Aku luruh di rebah keluh Setiap diksi ku persembahkan Adalah kekuatanku merayu Walau kadangkala tabu Inilah kedayaanku memuji Sampai tidak nyawa bersanding Aku masih tetap orang kerdil Yang hanya membual Hingga membuatmu kesal Di mana musim menunggu Meranggas merapuh berganti Yang terus berulang Suatu saat henti Kala tatih bijaksana 'Bersabarlah kekasihkuā Seperti halnya aku Bersabar jadi hambamu 08 April 2018 - "Untuk Bapak Dirumah" Bapak, Ku jual empat tahun waktuku Untuk sebuah skenario, Seperti sia-sia halnya Ijinkan satu-dua tahun lagi Untuk ku persembahkan seribu windu padamu Terniang semesta Menyapa nama keluarga Bapak, Ku senyerukan sebuah mimpi Kurangkai melalui sejumput kesabaran Benar nyata Berputar di padang senja Bapak, Jangan menyerah sebelum aku kalah Tengah ku rangkai jadi sutra Agar kau indah di sisi rahman Bagai permata-permata zamrud 9 April 2018 - "Herman Suryadi" Dari skedar kata-kata, Aku belajar membaca darimu Diksi, Meletakkan pada tegar jemari Bersua lugas pada semesta bias Ku serukan di atas pusara maestro Engkau hadirkan rindu kami Tanpa batas waktu "Selamanya" 11 April 2018 - "Ya Rabb, Aku sedang Sibuk II" Maaf, Tuhan Pukul berapa ini, aku tak tau Aku jenuh luruh Kita mulai berjarak dalam sujud Maaf, Tuhan Waktu tak cukup bermediasi padamu Aku sedang sibuk, jengah Merangkak pada semesta Maaf, Tuhan Waktu tak sampai merindukanmu Dalam jejakku pada fatamorgana Kita sedang berjarak Terlampau singkat dan padat sekat dunia 12 April 2018 - "Kita Kawan Bersamaan" Kala tak sepadan Lepaslah penatmu, penatku Jangan lepas rasa sayang ini Sebagai imbas pada hati yang luka Kita kawan Bukan pengikut yang baik Bukan pemimpin yang baik Kita kawan Aku datang padamu membuka rasa Untuk belajar mencintai Aku menutup hati lainnya Agar tegar menghadapi Sejalan beriringan Bukan sejalan bertentangan Sejalan searah Bukan mencari celah Kututup mata kala jengah Mendengarmu gelisah Diam mereda marah Bersua rindu yang sudah Andai bosan berbicaralah Diam tersenyum pada waktu Menyatukan kita pada masa Sebagai insan di rundung rindu Sampai kepada tua yang damai 14 april 2018 - Sepanjang Pemakaman Akupun tertunduk menyesali firasat Yang tak serta merta ku rasakan selama ini. Seperti halnya fajar yang memberiku permintaan pada subuh Atau pertanyaan yang seketika menghilang ditelan senja Semuanya menjadi bias dan hilang Ya, Sekarang hanya bunga kamboja di sepanjang tanah kuburan Yang segera menjawab pertanyaan dari kekhawatiranku selama ini 14 April 2018 - Sebuah Penebusan Dosa Jatuh aku terjerembab kaku Lemah terkulai dikamar peraduan Menginjak setengah abad dibumi pekat Kini tinggal tulang penantian Format metafora mengeja pada dinding Waktu berdenting mengawasi sisa bersua Satu persatu nafas melantunkan zikir Dua malaikat merayap dipangkuanku Aku lupa janji sakit yang mejamah Aku lupa janji syukur yang tersisa Mata sayu, telinga layu, uban berguguran Gelisah melemahkan jemariku Oh, Tuhan Muhammad Izinkan aku menyulam kafanku Beri daku waktu Melirik taman firdaus 14 April 2018 "Sesekali, pergilah kerumah sakit atau pemakaman. Kita tak tahu kemana akan berlabuh, kecuali setelah mati" - Sajak Ibunda Bersajak aku memuji Karunia keesaanmu Berpijak dibumi pertiwi Berjelaga disepanjang danau Butir embun berpeluh menerpa Wajah ayu kemenakan pertiwi Kala kelabu menyingkap senja Hidup mati disisi tetua Indonesia, Tiada fatwa pun sengketa Kita berdiri dipetuah yang sama Lahir dari takbir semesta 17 April 2018 - merapi merbabu, dari kejauhan ku sematkan asa, rindu yang tak sampai padamu titip semayam dalam doa patah terlena diberai waktu, menunggu " Tak Semestinya" Kita paling depan menyambut fajar Membelai mesra semesta Mengantarkannya kepangkuan segara Tanpa lasah berujar Kita paling peka menyangga luka Anak-anak lena sepanjang jalan Budi Utomo hingga Depati Payung Negara Menjajakan lesapan masa depan Mengais-ngais sisa makan Mondar-mandir minta receh Lantas kita usir enggan Dengan geram mengoceh Senyum lara diretas masa Sepantasnyakah jangat berkeringat Pada pundak kecil mereka Tetes peluh melawat Kita sosial peduli sesama Bukan, sok sial pergi menghina 18 April '18 - Akuilah Aku-Ilah akuilah aku ilah tertatih aku letih menegur tegar namamu akuilah aku ilah tertegun aku bangun medekap bekap cintamu akuilah aku ilah terlunta aku langkah menyembah tabah semu 21 April 2018 - Kemuning Bangkahulu'' Mercusuar dicecar rembulan Bangkal ditepian jenggala Aku diantara derau laut malaka Menanti - Pahlawan Devisaku kita serba salah jadi tenaga kerja Indonesia bukannya jadi pahlawan malah jadi kambing hitam lama kita berinvestasi lama juga kita dijajah padahal, kita sendiri membangun berdiri diatas kedaulatan lama kita berdevisa tersudut dimata petinggi negara padahal, kita menebar nilai sosial bersatu mengurangi pengangguran bukan sebaliknya membalikan kedaulatan ketangan dingin yang asing Bengkulu 26 April 2018 - Surat Terbuka untuk yang taat mencintaiku ku sampaikan surat terbuka untukmu wahai kekasih Allah wahai kekasih Muhammad wahai kekasih ku yang senantiasa bersabar tiadapun selat selat yang kita lalui bukit bukit gambut menghalang serta merta hati kalut menanti aku disini mendoakanmu tegar, sayang usah dengar desir angin sampaikan kabar usah kau sekap badai mendera rasaku tetap bernafas pada cintamu yang sedetikpun patuh mengalir pada nadiku wahai yang terkasih sampaikan salamku pada hatimu cinta yang tak kau tampik jadi abu yang selalu kau agung agungkan pada Tuhan sekalipun aku, doa munajat yang kau lipat dalam taklik aku sebagai sahaya, memintamu menebusku jadi hamba Bengkulu, 27 April 2018 Bahasa yang sama sekali tak ku mengerti adalah bahasa waktu tik tok tik tok itu bukan waktu kring kring kring bukan jua tek tek tek lebih mirip dengan terompah kutatap gugur pohon mahoni ya itu memang waktu kupandang raut keriput benar waktu kulihat uban waktu sedang bahasa sebagai media penggugur dosa tepat pada beranda yang kutulis kata-kata kalibrasi pada lantai-lantai taman ku temukan lesu tanpa gairah diam seolah kalah beradu gugur dedaunan diam diredam mawar kutatap mala tandas berderu aku menyingkir satu hasta didepannya lantas ia bergumam kaku "aku mawar mala, hanya ingin kau guyur" Lelaki berkuda Membawa teras bendera Tepat berdiri ditengah simentri Teguh tegak menanti pagi Ratu Samban, Pantas kau tak pernah kusam Sedang pangeranmu tiada takut usang Tegap menghadap timur Menanti terbit mentari fajar - Kekasihku Yang Lain sesekali aku mengunjungi kediamanmu rona jingga ditepian berkas-jenggalu ada ombak bergulung riak memecah penat kerinduan rimbun awan kelam menyeruak mengusap manja kenangan cukup dua diantara kita berangkat lebih cepat pada sepi lusa, kita bersua diwaktu yang sama jangan lupa kembali.. 30 April 2018 - Malabero langit disebrang terlihat bagai tembikar ombak bersahabat nyiur melambai sapa seolah mengajakku kencan pusaran semesta mendurmakan elegi berbisik pada biduk pembaringan nun jauh dimata engkau dekat dihati senja kelana engkau dikenang mati 30 April 2018 - Terus Terang Kala malam menghantar muhabbah Lakar yang kurangkai Seketika lebur... Ibtidah... Tersemat dayung asaku Jadi sampan padamu berlayar... Selepas badai sampai Kau tiba menjelma Jadi muhibku sepanjang pesisir... Terberai sedu Lantas terang Bengkulu, 03 Mei 2018 - Pasca-Sarjana Bawa aku Hanyut kelautan sepi Pada hening Ku lihat fiksi Tatap terjal liku jalan Sama sebelumnya Berbaur di persimpangan Berkhayal, lena rengkuh diwala Kota ramah menderu Enyah mesra menampikku Aku, terkulai jadi sahaya Budak saudagar kaya Seuntai fatah Merebah kuasa pongah Bodoh tak terarah Tiadalah daya ku strata satu Ilmu tak bias berdusta Walau parokial Kita tetap hamba Bengkulu, 07 mei 2018 - Pada Suatu Waktu Tatap langit Laut lepuh Di terpa ombak Mendekap rengkuh asa Kaku raga Nafas tak sampai Ikat berkelakar Ku lempar pada badai Lusa aku kemari Patri gelombang Satu jadi abu Ablasi Hanyut dan kalut.... Bengkulu, 05 mei 2018
MerdekaTanahku Merdeka Negeriku "Janur Kuning" Purnawan Tjondronegoro - Nama Orang; Tidak Tersedia Deskripsi. Ketersediaan. 15522: 959.803 PUR m: My Library: Tersedia: 18952: 959.803 PUR m: My Library: Tersedia: Informasi Detail Judul Seri-No. Panggil. 959.803 PUR m. Penerbit
To read the full-text of this research, you can request a copy directly from the has not been able to resolve any citations for this publication. Anwar EfendiProphetic Literature learning as a Medium to Develop Student Character. Recently, the character education mainstreaming has been boosted in the national education development. Substantially, the concept of character education is included in the formulation of the national education goals. Therefore, one important aspect in the context of character education is the collective consciousness of all parties involved in the activity. One attempt to develop character is through literature learning, including prophetic literature. Prophetic literature learning can provide joy of life and balance between thoughts and feelings. In such a way, studentsā dignity is respected and they become whole human beings who possess knowledge, skills, good heart, and education goals, literature learning, character buildingHeri SupranotoAbstrak Mengacu kepada berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagaimana yang dinyatakan dalam naskah konsep dan strategi implementasi pendidikan budaya dan karakter bangsa di SMA, pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui integrasi pada mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah. Pendidikan budaya dan karakter bangsa pada intinya bertujuan mengembangkan karakter setiap individu agar mampu mewujudkan nilai-nilai luhur Pancasila; mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik; memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur; dan meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia. Proses ini melibatkan kerjasama seluruh warga sekolah. Sehubungan dengan itu, pendidikan budaya dan karakter bangsa di SMA dilakukan dengan pendekatan sistematik dan integratif dengan optimalisasi seluruh sumber daya pendukung yang ada di sekolah, keluarga, dan di masyarakat. Pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagai segala usaha yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi karakter siswa. Pendidikan karakter mengandung tiga unsur pokok, yaitu mengetahui kebaikan knowing the good, mencintai kebaikan loving the good, dan melakukan kebaikan doing the good. Pendidikan karakter tidak sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah kepada peserta didik, tetapi lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan habituation tentang yang baik sehingga peserta didik paham, mampu merasakan, dan mau melakukan yang baik. Jadi, pendidikan karakter membawa misi yang sama dengan pendidikan akhlak atau pendidikan moral. Kemendiknas, telah diidentifikasi 18 nilai karakter yang perlu ditanamkan kepada peserta didik yang bersumber dari Agama, Pancasila, Budaya, dan Tujuan Pendidikan Nasional. Kedelapan belas nilai tersebut adalah 1 religius, 2 jujur, 3 toleransi, 4 disiplin, 5 kerja keras, 6 kreatif, 7 mandiri, 8 demokratis, 9 rasa ingin tahu, 10 semangat kebangsaan, 11 cinta tanah air, 12 menghargai prestasi, 13 bersahabat/komunikatif, 14 cinta damai, 15 gemar membaca, 16 peduli lingkungan, 17 peduli sosial, 18 tanggung jawabPenikmat sastra dapat menikmati kumpulan puisi Negeri Daging karya dari A. Mustofa Bisri karena penyair menggunakan bahasa, diksi, dan majas yang universal sehingga menjadikan puisinya penuh makna dan estetis. Untuk peneliti selanjutnya dapat memperluasBisriBisri, berikut beberapa saran bagi berbagai pihak, sebagai berikut. Penikmat sastra dapat menikmati kumpulan puisi Negeri Daging karya dari A. Mustofa Bisri karena penyair menggunakan bahasa, diksi, dan majas yang universal sehingga menjadikan puisinya penuh makna dan estetis. Untuk peneliti selanjutnya dapat memperluasNuansa dan Simbol Sufistik Puisi-Puisi Karya Ahmada Mustofa Bisri". dalam Teosofi Jurnal Tasawuf Dan Pemikiran IslamSaddhono KundharuDan HaniahKundharu, Saddhono dan Haniah. 2018. "Nuansa dan Simbol Sufistik Puisi-Puisi Karya Ahmada Mustofa Bisri". dalam Teosofi Jurnal Tasawuf Dan Pemikiran Islam. Volume 8. Nomor 1, Juni 2018. p-ISSN 2088-7957; e-ISSN 2447-871X; 2019. Maklumat Sastra Profetik. Yogyakarta Diva Hadjar Dewantara, Pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka I PendidikanMajelis Luhur Persatuan TamansiswaMajelis Luhur Persatuan Tamansiswa. 2013. Ki Hadjar Dewantara, Pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka I Pendidikan. Yogyakarta UST Penelitian Pengembangan Research dan Devolepment Bagi Penyususan Tesis dan DisertasiBudiyono SaputroSaputro, Budiyono. 2017. Manajemen Penelitian Pengembangan Research dan Devolepment Bagi Penyususan Tesis dan Disertasi. Yogayakarta Aswaja Pressindo diunduh tanggal 13 April Pendidikan Karakter Ala Gus Mus dalam Kumpulan Puisi Aku Manusia". dalam Prosiding Seminar BahasaWidowatiWidowati. 2019. "Nilai Pendidikan Karakter Ala Gus Mus dalam Kumpulan Puisi Aku Manusia". dalam Prosiding Seminar Bahasa, Sastra dan Pembelajarannya dalam Perspektif Masyarakat halaman 217-236. Yogyakarta.
. pltgmd5jec.pages.dev/923pltgmd5jec.pages.dev/790pltgmd5jec.pages.dev/266pltgmd5jec.pages.dev/111pltgmd5jec.pages.dev/415pltgmd5jec.pages.dev/500pltgmd5jec.pages.dev/688pltgmd5jec.pages.dev/541pltgmd5jec.pages.dev/812pltgmd5jec.pages.dev/325pltgmd5jec.pages.dev/833pltgmd5jec.pages.dev/523pltgmd5jec.pages.dev/442pltgmd5jec.pages.dev/326pltgmd5jec.pages.dev/873
puisi negeriku karya mustofa bisri